Minggu, 17 Agustus 2014

Menakar potensi penyediaan daging sapi dan kerbau di dalam negeri menuju swasembada 2014


Daging sapi dan kerbau merupakan komoditas pangan asal hewan yang termasuk kedalam golongan high income elastic, dimana besarnya peningkatan permintaan akan komoditas ini melebihi besarnya peningkatan pendapatan rumah tangga konsumen. Dengan demikian, golongan rumah tangga berpendapatan menengah ke atas merupakan konsumen utama daging sapi. Disamping itu, perdagangan sapi potong di dalam negeri masih mengalami gangguan dan biaya transportasi yang sangat mahal.
Produksi daging sapi di Indonesia dicirikan 97% oleh skala usaha kecil yang memelihara hanya 1 sampai 3 ekor per rumah tangga, yang dipelihara sebagai sumber tenaga kerja atau tabungan, bukan semata-mata untuk tujuan memproduksi daging. Sebagian ternak masih dipelihara secara tradisional dalam hal budidaya, penyediaan pakan, dan pengawasan penyakit. Sistem pemasaran masih belum memberikan insentif bagi para peternak untuk meresponnya melalui cara pemeliharaan yang efisien.

Sepanjang tahun 2011 diperkirakan akan diimpor sapi bakalan sebanyak 500 ribu ekor dari Australia dan 72 ribu ton daging sapi beku dari Australia dan Negara-negara pengekspor lainnya. Kebijakan impor daging sapi pada awalnya ditujukan untuk memasok kebutuhan daging berkualitas (prime cut) bagi konsumen di hotel-hotel berbintang dan daging industri (secondary cut) bagi kebutuhan industri daging olahan. Impor sapi hidup menunjukkan peningkatan sebesar 82,5 persen pertahun pada kurun waktu 1990-1997. Pada awalnya impor dimaksudkan untuk mengisi kekurangan pasokan sapi bakalan sehingga terjadi penyelamatan populasi sapi nasional sebagai akibat dari peningkatan permintaan. Pemahaman seperti ini seharusnya tidak berubah menjadi sebuah andalan utama pemasok daging sapi dimasa mendatang, walaupun dari sisi kemudahan pengadaan, ketersediaan, serta potensi keuntungan bagi fihak swasta sangat menjanjikan.
Volume impor sapi bakalan menunjukkan kecenderungan terus meningkat yaitu 236 ribu ekor (2004), 256 ribu ekor (2005), 266 ribu ekor (2006), 414 ribu ekor (2007), 570 ribu ekor (2008), dan 772 ribu ekor (2009). Selain itu, volume impor daging sapi menunjukkan peningkatan dari 11,7 ribu ton (2004), menjadi 45,7 ribu ton (2008), dan 67,9 ribu ton (2009). Namun ternyata kontribusi daging beku dan sapi bakalan impor hanya memiliki pangsa sebesar 6,7% dari total kebutuhan konsumsi daging yang saat ini mencapai 7,75 kg/kapita/tahun.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan telah melaksanakan kajian mengenai kemampuan potensi sapi/kerbau potong di dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan permintaan konsumen, dengan fokus kepada kinerja budidaya dan pemasaran di 10 propinsi utama.
Buku ini berisi dokumentasi dari hasil kajian tersebut dan diharapkan dapat menjadi salah satu panduan dalam implementasi kebijakan pencapaian Swasembada Daging Sapi dan Kerbau 2014. Kami mengucapkan terimakasih kepada semua fihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan ini, termasuk tim penyusun penulisan buku ini. Tentunya berbagai saran untuk penyempurnaan selanjutnya sangat kami hargai, dan semoga buku ini bermanfaat bagi pembangunan peternakan kedepan.
File fulltext : Download (1.649 Kb)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Perpustakaan Puslitbangnak