Ternak ayam mempunyai peran yang sangat nyata bagi masyarakat di pedesaan, antara lain sebagai: (1) cadangan pangan hewani; (2) tabungan bagi peternak; serta (3) sumber pendapatan bagi peternak. Masyarakat peternak di Indonesia, setahu saya sangat terbantu dengan adanya pemeliharaan ayam, terutama sebagai penyedia protein hewani siap sedia setiap hari. Ternak ayam kampung relatif cepat berkembang, tidak mengenal musim kawin, pakan tersedia melimpah di sekitar pemeliharaan dan adaptif terhadap berbagai kondisi pemeliharaan.
Data nasional menunjukkan populasi unggas ayam kampong bertambah dalam lima tahun terakhir (populasi sekitar 285 juta ekor) dengan rataan peningkatan sekitar 3,94%, mengisyaratkan bahwa komoditas ini dapat berkembang dengan baik dan secara nyata. Saya memantau ayam kampung bertahan sangat baik terhadap terpaan perubahan lingkungan yang sangat dinamis, saya juga melihat hampir di setiap penjuru tanah air ayam Kampung dipelihara oleh masyarakat. Saya juga memantau banyak sajian kuliner berbahan ayam kampung tersebar di berbagai sudut kota dan di beberapa daerah. Kesemua itu mengisyaratkan bahwa ayam kampung dapat menjadi andalan perekonomian masyarakat dan memberikan sumbangan bagi penyediaan pangan hewani baik di perdesaan maupun di perkotaan. Berbagi kuliner yang muncul mengisyaratkan bahwa promosi ayam kampung memberi dampak ekonomi menjanjikan.
Selanjutnya dari sumberdaya genetik ternak ayam yang telah menyebar di seluruh pelosok tanah air tersebut, diperlukan penelitian untuk membentuk galur ayam lokal dengan sifat produksi yang lebih unggul. Jangan sampai berbagai ayam local dengan potensi genetik yang khas musnah dan tidak tersisa keberadaannya. Saya mendengar bahwa kolega peneliti, akademisi maupun pihak swasta menaruh minat yang sangat besar pada upaya pemanfaatan berkelanjutan dari sumberdaya genetik ayam kampung ini. Dapat terlihat dari kegiatan riset berbagai disiplin ilmu maupun pemanfaatan langsung oleh masyarakat swasta untuk kepentingan ayam kampung. Ayam KUB-1 yang telah ditetapkan sebagai galur baru ini perlu disebarluaskan di berbagai penjuru tanah air. Model perbibitan skala menengah-kecil saya rasa layak diterapkan di berbagai daerah, sehingga diharapkan bahwa ketersediaan bibit ayam kampung dengan produksi yang lebih unggul akan lebih mudah. Keterlibatan pembibit maupun penggemukan baik individu, maupun kelompok peternak, saya rasa menjadi pilihan yang perlu dipererat.
Akhirulkata, saya berharap bahwa informasi yang terdapat di dalam buku ini dapat memberikan manfaat yang sebesar besarnya bagi seluruh masyarakat Indonesia dan menjadi catatan tersendiri bahwa upaya penyediaan bibit ayam kampong yang lebih seragam dan lebih unggul diharapkan menjadi salah satu upaya pemenuhan gizi keluarga yang berkelanjutan.
File fulltext :
Cover Depan(3.322 Kb)
Cover dalam (153 Kb)
Bab 1 (91 Kb)
Bab 2 (137 Kb)
Bab 3 (433 Kb)
Bab 4 (73 Kb)
Bab 5 (85 Kb)
Penutup (9 Kb)
Daftar Pustaka (69 Kb)
Indeks Subjek (80 Kb)
Cover dalam (153 Kb)
Bab 1 (91 Kb)
Bab 2 (137 Kb)
Bab 3 (433 Kb)
Bab 4 (73 Kb)
Bab 5 (85 Kb)
Penutup (9 Kb)
Daftar Pustaka (69 Kb)
Indeks Subjek (80 Kb)
0 komentar:
Posting Komentar