Sabtu, 19 Juli 2014

Petunjuk Teknis Penanganan Gangguan Reproduksi Pada Sapi Potong


Keberhasilan reproduksi akan sangat mendukung peningkatan populasi sapi potong. Namun kondisi sapi potong di usaha peternakan  rakyat, hingga saat ini sering dijumpai adanya kasus gangguan reproduksi yang ditandai dengan rendahnya fertilitas induk, akibatnya berupa penurunan angka kebuntingan dan jumlah kelahiran pedet, sehingga mempengaruhi penurunan populasi sapi dan pasokan penyediaan daging secara nasional. Perlu dicarikan solusi untuk meningkatkan populasi sapi potong dalam rangka mendukung  kecukupan daging sapi secara nasional tahun 2010.

Gangguan reproduksi yang umum terjadi pada sapi diantaranya: (1) retensio sekundinarium distokia abortus endometritis  (ari-ari tidak keluar), (2) distokia  (kesulitanmelahirkan) (3) abortus  (keguguran), dan (4) kelahiran prematur/sebelum waktunya. Gangguan reproduksi tersebut menyebabkankerugian ekonomi sangat besar bagi petani yang berdampak terhadap penurunan pendapatan peternak; umumnya disebabkan oleh beberapafaktor, diantaranya : (1). penyakit reproduksi, (2) buruknya sistempemeliharaan, (3) tingkat kegagalan kebuntingan dan (4) masih adanyapengulangan inseminasi, yang kemungkinan salah satu penyebabnya adalah adanya gangguan reproduksi; di Sumatera Barat 60 % disebabkan oleh endometritis dan 40 % hormonal

Penanganan gangguan reproduksi ditingkat pelaku usaha peternakan masih kurang, bahkan beberapa peternak terpaksa menjual  sapinya dengan harga yang murah karena ketidaktahuan cara menangani. Perlu pemasyarakatan teknologi inovatif untuk penanggulangan gangguan reproduksi sapi potong, khususnya pada sapi induk usaha perbibitan rakyat dengan harapan sapi induknya produktif sehingga memacu semangat untuk berusaha.

File fulltext : Download (1.093 Kb)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Perpustakaan Puslitbangnak