Jumat, 25 Juli 2014

Petunjuk Teknis Manajemen Perkawinan Sapi Potong


Dalam rangka menghadapai swasembada daging sapi tahun 2010 diperlukan peningkatan populasi sapi potong secara  nasional dengan cara meningkatkan jumlah kelahiran pedet dan calon induk sapi dalam jumlah besar. Untuk mendukung peningkatan populasi tersebut terutama pada usaha peternakan rakyat  diperlukan suatu teknologi tepat guna spesifik lokasi sesuai dengan kondisi agroekosistem dan kebutuhan pengguna yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan dan 
kesejahteraan petani. 

Namun dalam usaha ternak sapi potong rakyat masih sering muncul beberapa permasalahan, diantaranya masih terjadi kawin berulang (S/C > 2) dan rendahnya angka kebuntingan (<    %)  sehingga menyebabkan panjangnya jarak beranak pada induk ( > 18 bulan) (Affandhy ., 2006); yang akan  calving interval et al berdampak terhadap rendahnya perkembangan populasi sapi per tahun dan berakibat terjadi penurunan petani dari usaha  income ternak. Salah satu faktor penyebab rendahnya perkembangan populasi sapi adalah manajemen perkawinan yang tidak tepat,  yakni: (1) pola perkawinan yang kurang benar, (2) pengamatan birahi dan waktu kawin tidak tepat, (3) rendahnya kualitas atau kurang tepatnya pemanfaatan  pejantan dalam kawin alam dan  (4) kurang terampilnya beberapa petugas serta (5) rendahnya pengetahuan peternak tentang kawin suntik/IB. Pola  perkawinan menggunakan pejantan alam, petani mengalami kesulitan memperoleh pejantan, apalagi yang berkualitas, sehingga pedet yang dihasilkan  bermutu jelek, bahkan berindikasi adanya kawin keluarga  terutama pada wilayah pengembalaan di inbreeding Indonesia Bagian Timur.

Penurunan efisiensi reproduksi dipengaruhi juga oleh faktor manajemen perkawinan yang tidak sesuai dengan kondisi dan lingkungan sekitarnya, sehinggga  terindikasi terjadinya kawin  yang berulang pada induk sapi potong di tingkat usaha  ternak rakyat yang menyebabkan rendahnya keberhasilan kebuntingan  dan panjangnya jarak beranak. Diperlukan suatu cara atau teknik manajemen perkawinan yang tepat sesuai dengan kehendak petani dengan berdasar pada potensi atau kehidupan sosial  masyarakat pedesaan, yakni teknik kawin suntik dengan IB beku, cair dan pejantan alami yang mantap dan berkesinambungan.

Tujuan pembuatan petunjuk teknis adalah: (1) memberikan informasi kepada petani, khususnya dalam usaha budidaya sapi  potong tentang manajemen perkawinan yang tepat sesuai dengan kondisi ternak dan spesifik lokasi, (2) menambah  keterampilan petugas dan tingkat pengetahuan peternak tentang teknik IB beku, cair dan kawin alam serta (3) meningkatkan  kebuntingan sapi melalui pelaksanaan perkawinan yang benar. Penerapan teknik manajemen perkawinan yang tepat melalui  teknik IB maupun perkawinan alam yang sesuai dengan kondisi setempat diharapkan dapat meningkatkan jumlah kelahiran pedet dan jumlah induk berkualitas yang akhirnya dapat meningkatkan pendapatan petani dari usaha sapi potong.

File fulltext : Download (902 Kb)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Perpustakaan Puslitbangnak